google-site-verification=xd5vXRIjzHYNAEpx56GGlreFkx9tqAAFVzRNB9LC008 Keripik Tempe dan Alen-alen, Cemilan Gurih Khas Trenggalek yang Laris Manis ketika Lebaran ( ke 4)

Keripik Tempe dan Alen-alen, Cemilan Gurih Khas Trenggalek yang Laris Manis ketika Lebaran ( ke 4)



Keripik tempe dan alen-alen dapat dengan gampang dijumpai di pusat oleh-oleh di sisi Jalan Nasional Tulungagung-Trenggalek, lokasinya di wilayah Pogalan.

Di sana, belasan kios menjual ragam camilan.

Terlihat gampang kelihatan dari jalan raya sebab jajan-jajan yang dipasarkan di pajang dalam jumlah tidak sedikit tepat di depan kios.

Keripik tempe khas Trenggalek bertolak belakang dengan keripik tempe dari wilayah lain. 
Perbedaannya dari proses bahan baku dan pembuatannya.

Tempe yang digunakan untuk menciptakan keripik ini bukan berasal dari tempe besar yang diiris-iris.

“Sejak dari mula tempenya disusun ukuran tipis-tipis. Setelah hadir jamurnya, kemudian digoreng,” kata Sodiq Ahmad Hasan (36), salah satu empunya kios di pusat oleh-oleh, Sabtu (1/6/2019).

Hal tersebut sedikit tidak sedikit membuat cita rasa gurih keripik tempe khas Trenggalek bertolak belakang dengan keripik tempe pada umumnya.

Di pusat oleh-oleh, keripik tempe itu dipasarkan dengan dua varian rasa: original dan pedas.

Sementara alen-alen dipasarkan dengan varian rasa yang lebih banyak.

Jenis rasa yang dipasarkan untuk makanan berbahan dasar tepung tapioka tersebut menuruti kemauan konusmen.

Sodiq bilang, alen-alen yang sangat laris tetap yang rasa gurih asli.

Tapi yang sedikit pun yang menyukai alen-alen rasa balado, pedas, dan jagung bakar.

Dalam sehari, Sodiq mengaku dapat menjual selama 5.000 bungkus keripik tempe. 
Jumlah tersebut naik tiga kali lipat dibanding hari-hari biasa.

Lonjakan pembelian dibuka sejak malam 21 Ramadan lalu.

Biasanya, permintaan camilan masih bakal tinggi sampai H+7 lebaran.

Selain dipasarkan dalam format kemasan, keripik tempe juga dipasarkan dalam jumlah berat kilogram.

Harga keripik tempe khas Trenggalek ini rata-rata Rp 1.000 per lembar.


“Peningkatan penjualan alen-alen pun sama. Kurang lebih tiga kali lipat,” ujarnya.

Para pembeli camilan khas Trenggalek di pusat oleh-oleh tersebut berasal dari sekian banyak  daerah.

Sodiq bilang, pembeli paling tidak sedikit berasal dari Surabaya, Mojokerto, Jombang. 
Ada juga sejumlah pembeli dari Jakarta.

“Camilan ini tanpa bahan pengawet. Tapi dapat tahan sampai sebulan,” ungkapnya.

Di samping keripik tempe dan itu, Trenggalek memiliki sejumlah jenis oleh-oleh lain.

Beberapa di antaranya, yaitu manco ketan, manco wijen, dan sekian banyak  olahan tales.

Dari semuanya, melulu manco yang mempunyai cita rasa dasar manis.


Post a Comment

0 Comments